Selasa, 14 Februari 2012

Persoalan Valentine Day dalam Perspektif Reliji

Banyak pemuda dan pemudi Islam Indonesia, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar, belakangan ini seperti ‘terhipnotis’ oleh pengaruh era globalisasi. Mereka tanpa menyadari, terseret arus budaya barat yang nyata-nyata tidak Islami, semisal mereka melibatkan diri secara langsung pada acara valentine day.

Berdalih kasih dan sayang terhadap sesama manusia, laki-laki dan perempuan bebas bergaul, dan mereka merasa  bangga. Dahulu, acara valentine day yang diselenggarakan setiap tanggal 14 Februari, adalah acara ritual orang Katholik. Seiring bergeraknya jarum jam, valentine day sekarang berkembang menjadi acara pergaulan bebas yang menjurus terhadap perzinaan. Hal-hal yang menjurus terhadap perzinaan, adalah jelas dilarang atau diharamkan oleh ajaran agama Islam, agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia. Allah SWT telah memberi petunjuk dengan gamblang kepada kita dalam firmanNya:

“Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk,” (QS Al Isra, ayat 32).

Tanggal 14 Februari, kata versi lain, adalah hari raya untuk memperingati Dewi Juno, yaitu Dewi Cinta yang oleh kaum wanita musyrik di zaman Romawi Kuno  dijadikan sesembahan.

Latar Belakang

Sebenarnya valentine day, adalah nama seorang Santo, orang Katholik. Santo, berarti orang suci yang menjadi pemimpin yang telah dianggap menjadi martir atau kira-kira syuhada (orang yang mati syahid, red)  dalam istilah agama Islam.

Pada  268-271 M, Romawi diperintah oleh Kaisar yang bernama Claudius II. Pada saat itu pula, Claudius II membuat kebijakan yang  melarang para prajuritnya menikah. Kebijakan tersebut, ternyata ditantang atau dilawan oleh Valentine. Oleh Valentine, Claudius II dianggap telah melanggar hak-hak dasar yang seharusnya didapat prajurit dalam rangka memenuhi kebutuhan biologisnya, layaknya manusia normal pada umumnya.  Valentine secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi, menikahkan para prajurit, termasuk menikahkan muda-mudi di sana ketika itu.

Sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan Kaisar Romawi Claudius II, Valentine secara  diam-diam menikahkan para prajuritnya tersebut. Ulah Valentine itu,   akhirnya terendus dan diketahui oleh Claudius II, maka Valentine dihukum mati oleh Kaisar Romawi, pada tanggal 14 Februari.

Guna mengenang sang martir tadi, pucuk pimpinan tertinggi agama Katholik Paus Galasius mencanangkan tanggal 14 Februari sebagai Hari Valentine (Valentine Day).

Mulai hari dan tanggal itulah, Hari Valentine selalu diperingati di gereja-gereja Katholik  dengan sebuah acara ritual. Tetapi pada awal ke-16, peringatan Valentine mulau bergeser menjadi acara jamuan kasih sayang dan kencan, seperti acara yang biasa digelar oleh Bangsa Romawi Kuno. 
Sejak bergeser menjadi acara jamuan kasih sayang dan kencan tersebut, jelas menunjukkan kepada kita, bahwa acara Hari Valentine adalah acara munkarat, disebabkan tidak sesuai dengan Syari’at Agama Islam. Oleh sebab itu, peringatan Valentine berikut rangkaian kegiatannya yang menjurus perzinaan, haram hukumnya.

Bahkan patut disayangkan, mereka yang bervalentine day itu, adalah putra-putri orang Islam yang cuma rubuh-rubuh gedang (ikut-ikutan, red), yaitu mengerjakan sesuatu yang tidak tahu alasan, ilmu pengetahuan, dan tidak tahu latar belakang yang sebenarnya. Mereka kemudian terjerumus ke dalam kawasan yang diharamkan oleh syari’at Islam.  Itulah salah satu sebab, Islam sangat menekankan dan mewajibkan para pemeluknya untuk menuntut ilmu.

Kurang lebih 15 abad yang silam, Al Quran telah melarang kita untuk ikut-ikutan melakukan  kegiatan yang kita tidak mengetahui alasan, ilmu pengetahuan, dan latar belakangnya. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawaban,” (QS Al Isra, ayat 36).

Sangat menyedihkan, suatu ketika kita melihat spanduk-spanduk, baliho-baliho, stiker-stiker, dan lain-lain tentang valentine day terpampang di hampir setiap mall-mall, swalayan, dan di tempat-tempat yang ramai. Kita tidak dapat berbuat banyak atau tidak bisa berbuat apa-apa. Kita juga tidak berupaya melarang dan menerangkan mengenai keharaman dan kemunkaratan promosi-promosi valentine day tersebut kepada putri-putri kita 

Allah SWT telah memberi petunjuk dengan gamblang kepada kita dalam Al Quran: “Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang sangat kasar, dank keras  yang tidak durhaka kepada  Allah  terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS At-Tahrim, ayat 6).

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Siapa saja di antara kamu yang melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan tangan (kekuasaan) nya, jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisan (nasehat) nya, dan jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Yang demikian itu, adalah selemah-lemah iman,”. (Al Hadits)

Itulah salah satu cara efektif dan efisien yang hanya kita bisa lakukan atau yang harus dapat kita kerjakan dalam keseharian. Berda’wah atau beramar ma’ruf mulai dari rumah tangga kita masing-masing, dimulai dari diri kita, orang-orang yang ada di sekitar kita dalam satu rumah, dan orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita.

Mudah-mudahan Allah SWT menjauhkan kita, keluarga kita, dan masyarakat Islam Indonesia pada umumnya dari godaan glamournya kehidupan dunia yang bersifat sesaat dan fana fana ini. Amin. *

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More